BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 28 Oktober 2011

Oplet, Angkot Bandung Tempo Doeloe

Saya punya satu buku tipis hanya 64 halaman nama bukunya: “Nasib Bangunan Bersejarah Di Kota Bandung” oleh: Haryoto Kunto, Penerbit PT Granesia Bandung, tahun 2000. Di dalamnya ada beberapa foto mengenai jalan-jalan di kota Bandung yang dilewati oplet. Oplet adalah kendaraan angkutan kota di Bandung tempo doeloe. Saya sangat ingin memperlihatkan foto-foto tersebut

Terminal Oplet Alun-Alun Bandung 1956 Sumber Haryoto Kunto

Oplet di Bandung 1937, Sumber Haryoto Kunto

Jln Merdeka Bandung. Sumber Haryoto Kunto

Tiga gambar di atas adalah keadaan jalan di kota Bandung dan kendaraannya pada tahun 1935, 1937, dan 1956. Dari beberapa informasi disebutkan bahwa oplet tempo doeloe itu mereknya kebanyakan opel, morris, austin, dan chevrolet.

Melihat gambar itu saya jadi teringat awal-awal saya mulai mengembara ke Bandung. Pada tahun 1963 saya baru datang ke Kota Bandung dan saya bertempat tinggal di rumah kakak di sekitar Cicadas. Kakak adalah seorang tentara memiliki oplet sudah tua dan rada butut mereknya chevrolet, kalau menghidupkan mesinnya diengkol dari depan digujregkeun (diputar) dengan sekuat tenaga.

Nah, mulai sore hari ketika saya pulang sekolah dan kakak pulang dines (kok kalau tentara disebut dines ya?) suka nambangan (narik penumpang), si oplet chevrolet itu bertugas mengangkut penumpang dengan rute Cicadas – Binong pp menyusuri jalan Kiaracondong. Rasanya kakak saya saat itu tidak memiliki izin trayek segala.

Kakak sesekali masih berpakaian dines dengan pangkat sersan mayor, karena beliau merasa malu kadang memakai jaket ketika menjadi pengemudi, sementara saya yang masih berumur 17 tahun menjadi kernetnya. Tugas saya teriak teriak: “Binong, Binong, Binong!” atau jika di Binong menuju Cicadas teriak-teriak memanggil penumpang: “Cadas, Cadas, Cadas!”, kemudian juga saya menagih ongkos kepada penumpang, saya tidak ingat berapa ongkos naik oplet saat itu.

Selagi saya jadi kernet, mengharap dan omat-omatan kepada kakak bahwa selama nambangan jangan sampai mematikan mesin, karena kalau sampai mesinnya dimatikan nanti akan susah kembali menghidupkannya dan pasti saya akan berkeringat mengengkol oplet.

Saat ini tahun 2011 yang sebutannya oplet sudah tidak ada lagi, tapi sebutannya menjadi angkot; angkutan kota. Angkotnya bahkan rasanya sudah kebanyakan, tapi pengaturan rutenya sudah lebih baik, tidak seperti rute oplet chevrolet kakak saya, semaunya saja.


0 komentar: